KAUR || NUSANTARAMAILS.COM – Istilah kader “mbalelo” atau keluar dari jaringan pendukung masih sering terjadi di setiap moment pemilihan. Kader yang mbalelo kerap kali kehilangan sandaran untuk Curhat terkait yang dihadapinya.
Kader mbalelo didasari oleh keraguan hati dan kebimbangan dalam menentukan sikap politiknya. Kader yang mbalelo kesulitan berlabuh ke dermaga. Sebab, ia harus menanggung resiko kehilangan kepercayaan dari barisannya.
Kader mbalelo ini memiliki sifat pemberontak yang kuat. Hatinya sangat mudah terpengaruh oleh hal kecil yang membuat ia kehilangan pola fikir politik yang sehat.
Bahkan, kader mbalelo ini juga berakhir di pinggiran. Sulit masuk ke barisan manapun. Akibat dari sikapnya yang tidak konsisten dalam menentukan arah politiknya.
Baca Juga :
Kader partai yang memiliki sifat seperti ini akan terbuang dan terasingkan. Sehingga, dalam setiap kali kontestasi demokrasi ia tidak terpakai dalam pergerakan perjuangan.
Keraguan dan ketidakpastian langkahnya menyebabkan langkah politik sulit berkembang. Bahkan, cenderung tenggelam terkubur oleh waktu.
“Setiap masa pemilihan masih ada saja kader yang mbalelo atau keluar dari barisannya. Padahal, itu dapat mengubur karier politiknya di masa mendatang,” ujar salah seorang mantan politikus, Iral Susanto (58).
Kader mbalelo menjadi biasa terjadi seiring dengan perkembangan dinamika politik. Sehingga, dalam pergerakannya tertutup oleh rasa kepercayaan publik.
Penghianat politik terjadi lantaran, jiwanya belum memiliki komitmen dalam perjuangan dalam pemilihan. Mudah tergoyang hanya karena hal sepeleh serta termakan rayuan manis.
“Mbalelo ini menunjukkan jiwa pemberontak yang hanya mementingkan keinginan sesaat saja. Ketika barisannya dirasa tidak menguntungkan lagi, maka dengan mudah ia berpindah ke barisan lain. Pergerakan selalu diukur dengan hasil instan dan tidak berani menanggung resiko kegagalan,” paparnya.(yti)